Sabtu, 15 November 2014

Adab Menulis Di Internet


Seiring perkembangan internet yang begitu cepat, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Terutama dalam membuat suatu postingan dan menulis suatu artikel di internet baik dalam bentuk blog maupun web. Ataupun dalam mengirim e-mail kepada orang lain atau suatu instansi serta dalam menggunakan situs jejaring sosial seperti twitter dan facebook yang sudah tidak asing lagi di telinga kita.
     Dalam kesempatan kali ini saya akan membahas adab-adab menulis di internet. Adab-adab menulis di internet menurut saya diantaranya:
1.      Tidak mengandung unsur pornografi,
2.     Tidak mengandung unsur SARA,
3.     Menggunakan bahasa yang baik dan sopan, 
4.     Menghargai hak orang lain, tidak menyinggung perasaan orang lain, kalau pun mengkritik gunakan lah bahasa yang baik dan benar,
5.     Menyampaikan suatu informasi secara real atau dengan kata lain tidak berbohong,
6.     Jika dalam postingan kita mencakup artikel orang lain tuliskan sumber yang bersangkuatan untuk lebih menghargai narasumber.

Ada  juga cara yang lain untuk  menulis di internet  yang baik:
1.      Sembunyikan identitas orang/lembaga yang kita kiritik 
Sebaiknya kita tidak menyebut identitas orang/lembaga yang kita kritik. Lebih baik kita menyebutinisialnya (misalnya: OIH) atau menyebut ciri-cirinya saja (misalnya: warnanya biru). Cara initelah kutempuh dalam menayangkan postingan-postingan yang berisi konsultasi berbagai persoalancinta di situs ini. Dan alhamdulillah sejauh ini diriku tidak pernah mendapat tuduhan pencemaran nama baik dari orang-orang yang “aib”-nya kusajikan di sini.




2.      Sebutkan bukti sumber informasi selengkap-lengkapnya
Bila kasusnya sudah menjadi “rahasia umum” (sudah tersebar luas), kita dapat menyebut identitasorang/lembaga yang kita kritik itu. Namun, hendaknya kita menyebut sumber informasi kita selengkap-lengkapnya. Jangan asal copy- paste! Untuk sumber dari internet, kita bisa menyajikan link -nya. Sumber informasi itu merupakan bagian dari bukti. Tanpa bukti, kita bisa dituduhmelancarkan fitnah!

3.      Sampaikan pujian lebih dulu
Kita jangan langsung memaparkan masalah atau menyampaikan keluhan/kritik. Sebaiknya kitamenyampaikan pujian lebih dulu mengenai orang atau lembaga yang kita kritik. (Bagaimanapun,sejelek-jeleknya orang/lembaga, tentu ada segi-segi positifnya.) Contoh: “Pertama-tama, akuhendak menyampaikan lebih dulu kekagumanku terhadap OIH. Satu hal yang paling aku sukaiadalah betapa lengkapnya fasilitas yang disediakan. …”

4.      Setelah memuji, sampaikan ucapan terima kasih
Efek positif dari pujian itu akan lebih besar bila kita menyertainya dengan ucapan terima kasih.Bagaimanapun, semua orang (yang normal) pasti senang mendapat ucapan terima kasih, apalagi bila mendapat kesan bahwa ucapan terima kasih itu disampaikan dengan setulus-tulusnya.

5.      Ciptakan kesan bahwa kita lebih menaruh perhatian pada orang/lembaga yang kita kritik 
Hindari kesan bahwa persoalan yang kita bicarakan itu mengenai betapa terganggunya diri kita,atau pun hal-hal lain yang bersangkutan dengan kepentingan kita sendiri. Contohnya, daripadamengatakan bahwa kita merasa sebal mendapat pelayanan yang mengecewakan, lebih baik kitamenulis: “Kami turut bergembira bila OIH mendapat tempat yang kian manis di hati masyarakatkarena mereka mendapat pelayanan yang memuaskan.”


6.      Perbanyaklah kata “kita”
Penggunaan kata “kita” membuat posisi kita sepihak dengan orang/lembaga yang kita kritik, bukan berhadapan dengannya. Bahkan, penggunaan kata “kita” menumbuhkan keakraban dan bukan permusuhan. Kata ganti “saya” atau “Anda” (atau nama identitas) sebaiknya digunakan sesedikitmungkin. Bila kata “saya” digunakan terlalu sering, pembaca bisa menangkap kesan bahwa kitaegois. Sedangkan penggunaan kata “Anda” (atau nama identitas) yang terlampau banyak dapatmenimbulkan kesan “menuding” (atau memojokkan).